DYSMENORRHEA
Faktor penyebab dan cara mengatasi nyeri saat datang bulan
source: http://www.medindia.net/patients/patientinfo/dysmenorrhea.htm |
Setiap bulan wanita usia 12–49 tahun yang tidak sedang hamil dan belum menopouse pada umumnya mengalami menstruasi. Pada saat menstruasi masalah yang dialami banyak wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut dismenore (dysmenorrhoea). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder.
Dismenorea
bisa bersifat primer, bila tidak disertai patologi organik, atau sekunder bila
disertai gangguan patologi. Dismenore primer umumnya terjadi pada usia 15–30
tahun dan sering terjadi pada usia 15–25 tahun yang kemudian hilang pada usia
akhir 20-an atau awal 30-an (Novia & Puspitasari, 2008). Gejala-gejala
dismenorea primer seringkali dikaitkan dengan gejala-induksi prostaglandin lain
seperti mual, muntah, diare, dan pusing. Rasa sakit yang tajam dan kram, dan
terletak di garis tengah abdomen bagian bawah. (Noorbakhsh, M dalam Tampake, Wagey, & M.R.Rarung,
2014)
Dismenore sekunder berarti nyeri panggul yang disebabkan oleh (sekunder) gangguan atau penyakit. Dismenore sekunder paling sering terjadi pada wanita yang berada di akhir usia belasan atau awal dua puluhan dan kemungkinan akan semakin memburuk. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan dismenorea sekunder adalah penyakit radang panggul, leiomyomata, endometrio- sis, adenomiosis, dan penggunaan alat kontrasepsi.
Dismenore sekunder berarti nyeri panggul yang disebabkan oleh (sekunder) gangguan atau penyakit. Dismenore sekunder paling sering terjadi pada wanita yang berada di akhir usia belasan atau awal dua puluhan dan kemungkinan akan semakin memburuk. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan dismenorea sekunder adalah penyakit radang panggul, leiomyomata, endometrio- sis, adenomiosis, dan penggunaan alat kontrasepsi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dismenore primer. Diantaranya adalah umur, pernikahan dan keturunan. Sementara menarkhe (waktu haid pertama kali), lama menstruasi, pengalaman melahirkan, status gizi, kebiasaan olahraga dan kebiasaan merokok tidak berpengaruh terhadap dismenorea. (Novia & Puspitasari, 2008). Namun hal tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya. Karena ada beberapa penelitian yang mendukung pernyataan tersebut dan sebagian lagi ada yang menentang. Misalnya Fajaryati (2012), dalam penelitian ilmiahnya tentang Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore Primer Remaja Puteri di SMPN 2 Mirit Kebumen, yang dilakukan kepada 61 orang sample dari SMP tersebut, menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan dismenore primer yang dialami wanita. Sementara pada penelitian ilmiah lainnya berjudul Perbedaan Derajat Dismenore Pada Wanita Yang Mengikuti Senam Yoga Dan Tidak Mengikuti Senam Yoga, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada wanita yang rutin melakukan senamyoga dan tidak melakukan senam yoga (Zhafira, 2015). Dan menurut dr. Sophia B. Hage (Hage, n.d.) dalam artikelnya di situs Klikdokter.com menyatakan bahwa Yoga juga termasuk olahraga dengan intensitas rendah hingga tinggi.
Penelitian lain menyatakan bahwa konsumsi makanan kaya asam lemak omega-3 seperti ikan laut, kacang-kacangan, dan sayuran hijau dapat megurangi intensitas gejala dismenore (Hidayati, 2015). Hal tersebut membantah pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa status gizi tidak mempengaruhi dismenore.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak perdebatan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi dismenore. Perbedaan pernyataan pada jurnal bisa diakibatkan kurang sesuainya metode maupunpun sample penelitian. Namun apapun penyebabnya, dismenore atau nyeri haid masih dapat diatasi dengan mengalihkan pikiran klien kedalam imajinasnya agar nyeri yang dirasakan berkurang. Metode itu disebut dengan metode guided imagery. Metode guided imagery dapat dilakukan dengan beberapa hal salah satunya adalah terapi mendengarkan musik klasik atau murratal Al-Quran yang terbukti dapat membuat nyeri yang dirasakan klien berkurang. Banyak penelitian yang mengungkapkan tentang efekivitas metode guided imagery dalam mengurangi nyeri, salah satunya adalah Eko Purwani Asih Rejeki (2010) yang menyimpulkan bahwa terapi musik klasik karya Mozart dapat mengurangi intensitas nyeri haid (dismenorea) pada siswi kelas VIII di salah satu MTS di Yogyakarta.
Sumber
Fajaryati, N. (2012). Hubungan Kebiasaan Olahraga
Dengan Dismenore Primer Remaja Putri Di Smp N 2 Mirit Kebumen. Jurnal
Komunikasi Kesehatan, 3, 2–3. Retrieved from
http://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/62
Hage, dr. S. B. (n.d.). Manfaat Olahraga Yoga.
Retrieved from
https://www.klikdokter.com/healthnewstopics/topik-utama/manfaat-olahraga-yoga
Hidayati,
A. (2015). HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 DENGAN KEJADIAN
DISMENORE PADA SISWI SMAN 1 GONDANGREJO KARANGANYAR. universitas sebelas
maret.
Novia,
I., & Puspitasari, N. (2008). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian
Dismenore Primer. The Indonesian Journal of Public Health, 4(2),
96–103.
Rejeki,
E. P. A. (2010). Pengaruh Terapi Musik Mozart Dan Guided Imagery Terhadap
Intensitas Dismenorea.
Tampake,
R. A., Wagey, F., & M.R.Rarung. (2014). Pengetahuan dan sikap remaja
terhadap dismenorea di smp pniel manado 1. E-Clinic (eCl), 2.
Zhafira,
A. (2015). PERBEDAAN DERAJAT DISMENORE PADA WANITA YANG MENGIKUTI SENAM YOGA
DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM YOGA. universitas sebelas maret.
note: this article was made for my campus assigment